Mencari Akar Permasalahan, Berkembang Luasnya Judi On Line
Oleh : Ahmad Garudeya
Angka-angka dahsyat judi on line membuat banyak orang terperangah. Mengejutkan dan membuat banyak orang tidak percaya. Apakah memang sudah separah ini judi on line di Indonesia?
Jawaban nya sudah pasti, dan tidak perlu ditanya-tanya lagi. Permasalah utamanya adalah gagalnya aspek pemahaman masyarakat pada judi on line.
Para pemain judi online tidak sadar bahwa yang mereka mainkan adalah judi. Sebagian dari mereka hanya tahu bahwa yang mereka mainkan adalah game online dan bukan judi online. Kalau game on line bagaimana?
Para pengamat banyak terjebak pada angka-angka dan pemahaman yang instant pada aspek penyebab judi on line. Padahal sebenarnya permasalahan mendasar yang terjadi adalah rusaknya mesin besar bangsa yang seharusnya memberikan pemahaman pada masyarakat, bahwa yang dihadapi dan dimainkan oleh mereka itu adalah judi.
Judi adalah cara picik menipu orang lain, bukan sebuah cara fair untuk beradu takdir keberuntungan yang bahkan sudah dipraktekkan sejak 3000 tahun yang lalu.
Dalam kisah yang terkenal Mahabharata, yang digelar sejarah pada kisaran tahun 980 SM atau 3000 tahun yang lalu, diceritakan bagaimana judi membuat keluarga Bharata, Pandawa diperdayai oleh Sangkuni.
Ajang judi yang pada awalnya adalah ajang beradu takdir itu menjadi ajang penuh tipu daya. Dan tipu daya yang memalukan itu berakhir pada pemberantasan keluarga Bharata yang lain, Kurawa yang melakukan tipu daya dalam judi.
Sama saja, semua judi pada masa saat ini tidak ada yang bertujuan untuk beradu takdir untuk menemukan jalan hidup sejati.
Judi yang ada saat ini hanya bertujuan mencari keuntungan dengan cara memperdaya orang lain yang memiliki kemampuan logis yang rendah.
Judi yang ada saat ini adalah menafikan aspek estetika dan etis, dan mencoba mengakali aspek logis dengan balutan rayuan keuntungan.
Pelajaran penting tentang peluang dari takdir itu, hilang begitu saja dalam praktek judi praktis, yang dikembangkan di tengah tengah masyarakat dunia saat ini.
Dan karena telah hilang manfaat pembelajaran nya tentang adanya batas-batas takdir dan lebih mengemuka pada tipu tipu picik dan licik nya maka 1000 tahun kemudian pada tahun 600 an Masehi, judi pun resmi menjadi barang yang haram.
Rijzun .... menjijikkan...min amali Ash syaithon.... Dan bagian dari kerja kerja syaitan. Judi dilabeli menjadi sebuah aktivitas yang menjijikan....rizjun...
Akal yang menjadi aspek paling berharga dari manusia saja dikebiri oleh judi...apalagi kemudian dua aspek penting lainnya, estetis dan etis....Aspek logis sudah hancur, maka tak ada lagi estetis keindahan nya....dan musnah lah etis sopan santun nya...
****
Sebenarnya ada di mana letak titik kebocorannya judi on line di tanah air ini ? Bukan, bukan di situ...akan tetapi letak kebocoran nya adalah di lingkup pendidikan dasar dan menengah.
Data jumbo judi on line menunjukkan ada kegagalan fatal dan berbahaya pada pendidikan dasar dan menengah kita.
Pelajaran peluang dalam matematika dasar yang diajarkan bahkan sejak masa Sekolah Dasar itu tidak difahami sampai akar dasar ilmu peluang.
Peluang itu ada, akan tetapi berjudi dengan peluang bukanlah hal yang boleh dilakukan.
Seperti menggantang asap di langit.
Berapa juta kali berupaya menakar asap dengan menggunakan gantang, niscaya hal itu merupakan pekerjaan sia-sia saja. Sekeras apa pun berbuat untuk mengejar, niscaya tidak akan tercapai.
Karena sedemikian rumit maka harus ditinggalkan, karena lebih banyak ilusi dan fantasi yang penuh jebakan. Kecuali bagi para dewa judi. Ketika profil ketidakpastian itu berhasil ditemukan kunci dan polanya.
Pendidikan dasar gagal memberikan materi yang tuntas tentang wajah ilmu peluang, dan membuat banyak orang yang salah mengenali ilmu peluang sebagai judi atau lebih spesifik lagi judi on line.
Ilmu peluang sendiri sebenarnya tidak benar-benar dipraktekkan dengan sungguh-sungguh di Republik ini. Berbagai lembaga survei malah menggunakan kemampuan nya untuk memahami ilmu peluang ini sebagai sesuatu yang bisa ditukar dengan rupiah, untuk sekedar mengangkat hasil survei abal-abal.
Padahal jika memang sasarannya adalah kampanye, maka gunakan saja pendekatan iklan atau promosi, bukan pendekatan survei atau penelitian. Bluur dan hilangnya batas batas antara mana hasil pengolahan penelitian logis dan mana batas iklan promosi. Tak jelas sekarang di Indonesia, apakah ini survei, apakah ini adalah hasil penelitian dengan menggunakan kajian ilmu peluang, atau ini survey yang memang adalah survey iklan promosi ?
Jangankan berhasil membahas definisi judi dengan ilmu peluang, batas antara survey penelitian dengan kegiatan promosi saja gagal dibuat dengan jelas di sini, di Republik ini. Semua dicampur aduk tidak jelas dan dianggap sama. Yang benar yang haq tercampur dengan yang salah yang batil.
Maka janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ada pengetahuan tentang nya.
Ini adalah prinsip dasar ngawurologi, dasar dasar aji aji ngawur dalam aktivitas judi.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
( QS: Al-Isra (17) : 36)
Pendidikan yang dibangun sejak tahun 1900 an oleh Ki Hajar Dewantara adalah aktivitas yang mengajarkan pengetahuan dan prinsip penting, bahwa pengetahuan itu penting. jangan melakukan sesuatu tanpa ada pengetahuan tentang nya.
Belajar tentang ilmu, yang diperjuangkan oleh Ki Hajar Dewantara, bermuara pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945. Proklamasi menjadi hasil penting dari belajar ilmu, proses pendidikan bangsa. Dengan pendidikan yang kita miliki kita tahu bahwa penjajah Belanda itu manusia biasa juga seperti kita. Di negeri kecilnya di Eropa sana, juga banyak orang miskin yang hidupnya tak lebih baik dari orang-orang di negeri Republik ini.
Akan tetapi ternyata, belenggu penjajahan kebodohan itu, masih gagal dihancurkan sepenuhnya. Pendidikan Nasional gagal total
Jutaan manusia Indonesia lebih menyukai menjadi pemimpi judi dibandingkan dengan menjalani hidup dengan ilmu yang cukup.
Padahal manusia Nusantara ini hidup di sebuah tempat yang sangat kaya raya. Deretan gunung yang beralur emas jutaan ton, malah dibiarkan dicuri oleh PT F bertahun-tahun.
Timah berlimpah kok malah membuat ada korupsi ratusan Triliun. Bukan angka Trilyunan judi on line. Pembodohan tentang struktur korupsi di satu BUMN, PT Timah adalah contoh borok yang jauh lebih parah dari pada judi on line.
Apa yang sebenarnya terjadi ? Korupsi kok ratusan Triliun, itu bukan korupsi tapi memang ada sistem yang salah.
Sistemnya yang diperbaiki (preventif) adalah langkah utama, bukan hanya sekedar acara tangkap tangkap an (represif). Atau curative nya? Salahnya di hulu, bukan hanya obrak obrak cawe cawe di hilir. Kalau hulu nya salah ya pasti korban berjatuhan di hilir. Sudah faham ? Atau masih gagal faham ? Atau memang sudah tidak tahu apapun dengan semua topik yang kita bahas ?
****
Jutaan korban judi on line, dengan jumlah putaran uang yang fantastis, adalah indikasi gagalnya pendidikan memberikan perspektif yang benar pada kehidupan.
Apa dan bagaimana perbaikan yang harus dilakukan saat ini ?
Dunia pendidikan harus dilakukan reformasi besar besaran. Karena benteng pengetahuan yang dibangun selama ini, atau diyakini sudah dibangun, padahal tidak. Ternyata sudah jebol.
Besar nya jumlah korban judi on line adalah bukti bahwa tidak pernah ada jejak pendidikan yang tersisa dari korban. Pendidikan telah gagal membentengi mereka dari bahaya judi on line.
Kondisi ini adalah kondisi serius yang harus menjadi pemikiran utama masyarakat. Sistem pendidikan Nasional yang dimiliki tidak berhasil menanamkan profil mematikan judi on line.
Undang-undang Dasar 1945, Pasal 31 Ayat 1 sampai ayat 5
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenihi kebutuhan penyelengaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pendidikan Nasional yang digelar selama ini gagal menyelesaikan amanah pasal 31 ayat 3 dan 5.
Pendidikan Nasional harus mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
Pasal 31 ayat 3 gagal meningkatkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia
Definisi usang tentang iman dan takwa masih dipakai sampai saat ini.
Iman didefinisikan bahwa iman adalah percaya. Padahal iman itu jauh lebih dalam dari percaya. Percaya hanyalah bagian sangat kecil dari iman kalau tidak boleh dikatakan sebagai bukan bagian dari iman. Demikian juga definisi takwa. Takwa juga masih menggunakan definisi yang dangkal, belum masuk ke dalam definisi yang utama soal takwa.
Hulu dari pendidikan, definisi dari produk kualitas hasil pendidikan, sudah salah dan bubrah.
Keruntuhan besar masyarakat karena judi on line, bersumber dari dunia pendidikan Nasional yang gagal mencapai tujuan paling mendasar pasal 31 ayat 3 UUD 1945. Karena bahkan definisi dari tujuan itu sendiri tidak dibenahi dengan tuntas.
Apa yang harus dilakukan? Sederhana, perbaiki seluruh struktur dan sistem pendidikan Nasional, kembali kan ke khittah pendidikan Nasional yang diamanahkan oleh UUD 1945. Sederhana.
Jangan lupa cek kembali apakah telah berubah cara masyarakat dan rakyat menghadapi judi on line. Berubah ? Tambah bagus ? Atau tambah parah?
Memberantas judi on line adalah langkah represif. Tapi yang selalu dilupakan adalah langkah curative nya apa ? Bahkan yang tak pernah disentuh adalah langkah preventif.
Selalu bangga berteriak teriak represif. Padahal aksi represif adalah aksi yang sudah Terlambat. Sudah terlanjur parah. Selalu, Tak pernah dipikirkan apa langkah preventif nya dan curative nya.
Di Jawa Timur, seseorang ditangkap oleh oknum yang mengaku Reskrimsus dari Polda, seseorang yang ditangkap tanpa tahu kesalahan nya. Hanya untuk dikuras uangnya 100 juta oleh oknum tersebut dengan alasan gara-gara bermain game beberapa waktu yang lalu.
Cara cara mencari uang instant para penjudi on line ini memberikan inspirasi lain cara-cara mencari uang dengan pendekatan represif tak bermoral lain yang menjadi turunan anak anak judi on line.
Itu tidak seberapa, di Jakarta sendiri sudah lebih dari 30 tahun raja judi memasok uang pada oknum oknum pemegang jabatan strategis. Ratusan Milyar rupiah, mungkin juga sudah mencapai Triliunan Rupiah.
Bukan hanya hari ini yang katanya judi on line punya omzet trilyunan, tapi ini kisah lebih dari 30 tahun lalu. Semua juga sudah tahu kejahatan di balik topeng wajah lugu tak bersalah yang selama ini menguasai Jakarta, menguasai Nusantara, menguasai Republik.
Jika saja mereka sadar mau memperbaiki sendi pendidikan yang sudah patah bercerai berai parah. Semuanya akan kembali menuju jalan yang benar. Menuju jalan Indonesia Emas.....bukan menuju jalan Indonesia Loyang...